Okay… ini Cuma sebuah cerita perjalanan hidup saya sampai sekarang. Saya dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana, dimana kedua orangtua saya berprofesi sebagai guru sekolah dasar di sebuah perkampungan yang sangat jauh dari ibukota provinsi. Ya, butuh waktu 4 jam untuk sampai kerumah saya dari ibukota provinsi Sumatera Barat.
Home »
» KETIKA TAKDIR BERKATA LAIN
KETIKA TAKDIR BERKATA LAIN
Written By Unknown on Friday, 12 September 2014 | 07:33
Okay… ini Cuma sebuah cerita perjalanan hidup saya sampai sekarang. Saya dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana, dimana kedua orangtua saya berprofesi sebagai guru sekolah dasar di sebuah perkampungan yang sangat jauh dari ibukota provinsi. Ya, butuh waktu 4 jam untuk sampai kerumah saya dari ibukota provinsi Sumatera Barat.
Lebih dari sembilan belas tahun lalu saya dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Lubuk Sikaping. Saya seorang anak bungsu dari empat bersaudara. Dan di antara tiga saudara saya, hanya saya yang perempuan. Jadi banyak yang mengatakan kalau saya pasti manja. Gak juga. Woles aja sih…
Mungkin bisa dibilang saya sangat beruntung dalam berbagai aspek. Saya masuk SD teladan di daerah saya. Dimana Alhamdulillah saya selalu mendapatkan peringkat disana. Lalu melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, SMP-RSBI di Lubuk Sikaping. Dimana pada tahun itu Cuma ada beberapa sekolah RSBI di Sumatera Barat. Angkatan saya menjadi generasi pertama. Keren kan. Ada slogannya juga “jejak kami yang pertama”. Cuma 24 orang sekelas. Lalu saya melanjutkan ke SMA, saya memlilih masuk asrama. Tujuannya ya ingin menjadi pribadi yang lebih mandiri, menangkis semua anggapan orang kalau saya itu manja. Tapi ya begitulah setiap hari minggu orangtua saya dating ke asrama mengantarkan makanan. Haha
Alasan kedua saya mau mengikuti jejak kakak saya yang tamatan asrama juga dan lulus di FTTM ITB. Keren gak tuh?? Dari SD saya punya cita-cita besar. Pengen jadi dokter. Kelas VI saya saya punya impian besar, yaitu masuk FK UNPAD. Saya sadar punya mimpi aja gak cukup untuk bisa lulus disana. Maka dari itu saya milih masuk asrama yang tak jarang tertekan oleh senior. Tapi nyantai aja yang penting belajar serius. Masa-masa SMA emang saya jalani dengan serius. Bela-belain gak ikut acara generasi terkadang demi mimpi besar itu. Tak jarang juga teman-teman segenerasi juga anggap saya ansos. Oh iy, bicara teman-teman segenerasi ada juga beberapa yang dket sama saya. Yang Cuma sms-an,telp-an sampai yang pernah ngasih kado. Haha
Alhamdulillah di SMA pun saya juga mendapatkan peringkat kelas. Sampai akhirnya saya di klas XII. Nah, sebenarnya dari sini semua cerita berawal. Tahun 2014 itu masuk ke perguruan tinggi menggunakan system yang disebut SNMPTN, dimana cara seleksinya gak dari hasil tes, tapi liat nilai kita selama SMA dan prestasi-prestasi yang lainnya. Karena nilai saya selama di SMA lumayan, setelah konsultasi dengan salah satu tempat bimbel yang didatangkan langsung dari Padang. Saya berani mengambil keputusan untuk mewujudkan mimpi saya dari SD yaitu FK UNPAD. Banyak yang bilang pada saya kalo saya bakalan lulus disana. Saya Cuma bilang “aamiin, semoga dikabulkan Allah”. Saya menyelesaikan semua pendaftaran SNMPTN itu. Setelah selesai mendaftar itu, satu lagi ujian berat yang akan saya hadapi, UN.
Untuk angkatan saya UN ada 20 paket, dan semua paketnya itu pake barcode. Kita gak bakalan tahu kita dapat paket apa. Yang jelas kita gak bakalan bisa nyontek sama teman samping depan dan belakang. Karena saya sudah punya persiapan jadi saya tetap tenang walaupun sebenarnya groginya minta ampun. Hari pertama, kedua dan ketiga berjalan lancar. Dan hari ke empat pun saya menyelesaikan semua pertanyaan dengan baik. Walaupun ternyata ini bukanlah hari baik untuk saya. Hari ini merupakan awal dari suatu hal buruk yang akan saya hadapi.
Setelah selesai menghadapi UN itu rasanya seneng bangeet.hasilnya bakal di umumkan tanggal 20 mei. Seminggu setelah UN saya berangkat ke Padang untuk mengikuti bimbel buat jaga-jaga gak lulus SNMPTN. Belajar disana lumayan asyik kok. Mungkin karena kelas saya isinya temen sekelas di SMA ya. Gak berkembang juga.. haha, maap2
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, besok pengumuman kelulusan SMA. Dag dig dug nya itu hampir bikin jantungan. Gak kebayang gimana jadinya kalo gak lulus. Saya coba-coba cari info tentang kelulusan, tapi gak ada yang pasti. Ok nunggu besok aja.
Selasa, 20 mei akhirnya dating juga. Entah saya mimpi apa semalam. Pagi-pagi disuruh mama saya bangun dan disuruh liat pengumuman STIS yang saya ikuti sebelumnya. Dag dig dug lagi, check hasilnya ternyata gak lulus. Nah, ini sperti sebuah awal yang udah gak baik. Saya coba positive thinking aja. Berharap semoga saya lulus SMA. Hari itu cuaca emang gak mendukung banget. Lubuk Sikaping diguyur hujan, entah ini juga sebuah pertanda, sepertinya iya, namun saat itu saya tidak pernah tahu rahasia besar itu.
Akhirnya saya sampai di sekolah waktu itu. Saya sedikit merasa ada yang aneh, ah mungkin Cuma perasaan saya saja. Waktu itu kepala sekolah sedang ngasih ceramah. Saya berkumpul dengan teman-teman saya. Lalu ada salah seorang teman saya berbicara pada saya, ini bagaikan suatu omongan yang sangat mengguncang saya. Dia yang berinisial “R” memberikan beberapa lembar kertas pada saya yang ternyata merupakan transkrip nilai UN. Dia menunjukkan nilai salah satu pelajaran saya, yaitu fisika. Disana tertulis 1,75. Kalian tahu bagaimana perasaan saya waktu itu, saya ngerasa sudah tidak menginjak tanah lagi. Dia berbicara dengan sedikit tersenyum. Hey, anda tahu bagaimana rasanya jadi saya?? Tidak seharusnya anda melihatkan itu kepada saya. Anda tahu itu??
Selanjutkan saya masuk ke kelas yang akan dilanjutkan dengan acara pembagian kelulusan oleh wali kelas masing-masing. Wali kelas saya ceramah dengan tanpa memikirkan perasaan saya kalau saya sudah tahu yang beliau katakana dan beliau marahi itu adalah saya. Hati saya serasa disayat ketika beliau mengatakan “ bayangkan saja seseorang yang selalu mendapat peringkat kelas dapat nilai UN fisika 1,75. Apakah dia terlalu percaya dengan kunci jawaban yang tersebar?”. Maaf ibu luka itu masih membekas sampai sekarang. Dan saya tidak pernah sekalipun melihat kunci. Saya lebih bangga mendapatkan nilai rendah dengan hasil saya sendiri, daripada dapat nilai tertinggi di sekolah dan lulus di ITB karena melihat kunci, walaupun saya tahu dia memang siswa yang pintar. Tapi ketahuilah dia telah membohongi dirinya sendiri dan orang lain. Jujur hari itu merupakan awal dari hari-hari buruk saya. Selama di dalam kelas saya hanya menangis. Walaupun di amplop kelulusan saya tertulis dinyatakan “LULUS” namun sama saja kalau dengan nilai segitu. Dari hari itu saya pesimis untuk lulus SNMPTN.
Saya pulang kerumah, namun saya gak berani bilang sama orangtua masalah itu. Saya Cuma bisa terdiam dirumah dan menangis dikamar semalaman disaat orangtua saya sudah tertidur. Masalah ini seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Saya Cuma punya satu harapan waktu itu, saya Cuma ingin kalo itu semua Cuma mimpi buruk dan ketika saya bangun keadaan bakalan seperti semula. Ternyata tidak, semuanya itu kenyataan.
Esok harinya saya balik ke Padang, di kos saya Cuma bisa nangis saat sendirian memikirkan masalah saya yang berat bangeet. Makan jadi gak nafsu. Bimbel pun jadi gak konsen.
Sampai akhirnya pengumuman SNMPTN itu datang. Saya udah pesimis gak bakalan lulus. Dan ternyata benar. Saya nangis seharian, dan akhirnya dibawa pulang oleh keluarga saya karena melihat kondisi saya yang sangat parah. Bayangkan saya harus kehilangan mimpi yang sudah bertahun-tahun lamanya itu. Dan ternyata juga benar, saya kehilangan semuanya. Salah satunya teman. Disaat saya masih diatas banyak orang yang perhatian sama saya. Namun ketika saya sudah jatuh sangat jatuh saya kehilangan semua teman saya, kecuali seseorang yang tetap bertahan member semangat pada saya yang selalau menguatkan saya. Dan karena dia juga saya sedikit bisa tersenyum walaupun terkadang susah.
Akhirnya orangtua saya mengetahui masalah nilai saya tersebut, mereka tidak percaya anaknya bisa mendapatkan nilai itu. Sampai akhirnya papa saya megurusnya ketingkat propinsi. Alhamdulillah nilai saya 7,75. Dan kalian tahu sebenarnya kepsek/kepala dinas diberi waktu seminggu untuk mengecek apabila ada nilai dibawah 3 harap segera dilaporkan karena nilai akan segera diberikan ke universitas. Dan ternyata untuk masalah saya tidak ada yang melaporkan. Maaf PAK, anda hanya tidak tahu rasanya diposisi saya dengan tanpa bersalah bapak bertanya saya anak siapa. Pantaskah itu pak?? Sama saja kalau bapak merenggut masa depan saya. Saya berharap bapak membaca ini dan tahu perasaan saya waktu itu. Sampai saat ini kata-kata bapak masih terngiang-ngiang di telinga saya.
Semua tes sudah saya ikuti, SBMPTN, STAN, SIMAK UI, SMUP UNPAD, namun takdir masih berkata lain. Saya masih dinyatakan tidak lulus. Saya terus-terusan menangis setiap hari. Dan satu hal yang saya tahu, hanya keluargalah yang peduli sama saya, teman?? Entahlah, pergi disaat saya terjatuh, dan kembali saat saya mulai bangkit. Mungkin itu yang ada dalam pikiran saya.
Suatu malam saya BBM-an dengan teman saya, dia lulus SBMPTN. Saya bilang, saya terlalu drop dengan nilai saya. Dan kalian tahu dia balas apa?? Dia balas “nilai saya juga rendah, nilai UN gak diperhitungkan. Murni nilai tes”, katanya. Hati saya bergejolak dan dalam hati saya berkata, saya tahu itu semua. Tapi anda tahu masalah itu membuat saya berantakan. Ada trauma yang mendalam sehingga saya tidak pernah konsen dengan apa yang saya lakukan. Saya harus kehilangan semua mimpi besar ssaya. Anda tidak akan pernah tau karena anda tidak merasakannya.
Saya mencoba lagi beberapa tes seperti jalur mandiri UNP, TRISAKTI, GUNADARMA, UNJ, UMBPT. Alhamdllah di tes kali ini saya lulus. Namun ada keraguan saat saya harus memilih. Dan akhirnya saya memantapkan pilihan di Sistem Informasi Gunadarma. Saya berharap semoga ini pilihan terbaik.
Saya berpikir mungkin mimpi saya untuk menjadi dokter hanya bisa sekedar mimpi walaupun memang berat menerimanya. Saya hanya terus berdoa semoga pilihan yang saya ambil dapat mengantarkan saya ke jalan yang lebih baik. Gunadarma pun bukanlah unversitas jelek. Namun universitas gunadarma masuk kedalam 10 besar universitas terbaik di Indonesia, dimana gunadarma satu-satunya universitas swasta yang masuk 10 besar. Saya tidak pernah merasa malu bahkan saya bangga bisa masuk ke universitas ini. Walaupun terkadang ke egoisan teman-teman saya di grup yang membanggakan universitas negerinya itu membuat saya merasa sedikit sedih, tapi saya yakin Allah punya rahasia besar di balik masalah saya ini.
Saya juga tahu siapa orang yang selalu ada di saat saya terluka. Mama saya yang selalu ada di saat saya merasakan apapun. Tak ada kata yang lebih mewakili saya selain ungkapan beribu terima kasih untukmu mama. Saya bangga pernah terlahir dari rahim seorang wanita hebat dan tangguh ini. Lalu kepada papa saya yang sudah bersusah payah menyelesaikan masalah nilai saya tersebut. Dan kepada uda-uda saya tercinta. Semua keluarga yang selalu support saya. Saya akan selalu mengenang ini semua.
Dan special thanks to my best friend yang selalu memberi saya semangat dan selalu bisa membuat saya tersenyum walaupun memang berat. Di antara semua teman saya di SMA hanya dia yang selalu peduli dengan masalah saya. Dan dia merupakan orang pertama yang bertanya tentang masalah saya. Itu yang sangat berkesan dari saya. Dan kelak kita akan bertemu lagi dan kita akan menceritakan kesuksesan kita. Thanks for being my best friend until now.
Saya berdoa agar masalah saya tidak akan ada orang lain yang akan merasakannya. Karena saya tahu rasanya sangat sakiit. Dan cerita ini akan saya ceritakan pada ank cucu saya kelak. Semoga saya selalu mendapatkan yang terbaik dari Allah SWT. Aamiin.
Tweets
9 Google
+ comments + 9 comments
keren dah wid perjuangan lu, banyak sedihnya sih.. yang dulu-dulu gausah disesalin, yang penting keep moving aja.. siapa yang tau nanti temen-temen lu yang dulu gak ada pas lu susah, bakalan kerja jadi bawahan lu nantinya. meskipun cita-cita jadi dokter harus dikorbankan, tetep sabar dan berjuang meraih mimpi deh ehehe..
oh iya ini cerita bagus nih, bikin film lah hahahha